Selasa, 05 Maret 2013

Macam-macam Mujahadah

MACAM-MACAM MUJAHADAH WAHIDIYAH & PETUNJUK PELAKSANAANNYA
A.MUJAHADAH-MUJAHADAH YANG DIBAKUKAN
1. MUJAHADAH PENGAMALAN 40 HARI ATAU 7 HARI
a.    Mujahadah Pengamalan 40 hari atau diringkas menjadi 7 hari adalah mujahadah yang dilaksanakan oleh pengamal pemula, dan dapat dilaksanakan ulang oleh para Penga-mal Wahidiyah. Boleh dilaksanakan sendiri-sendiri (munfaridan) tetapi lebih dianjurkan berjamaah se keluarga, se kampung / se lingkungan. Dilaksanakan selama 40 hari atau 7 hari berturut-turut dengan adab dan tata cara pengamalan seperti dalam “Lembaran SHOLAWAT WAHIDIYAH”
b.    Waktu pelaksanaannya boleh siang, malam, pagi atau sore hari. Lebih utama jika waktunya dirutinkan / ditetapkan. Misalnya setiap ba’da sholat Maghrib, kecuali ada udzur yang lebih penting, bisa dilakukan di waktu lainnya. Usahakan dalam waktu sehari semalam (24 jam) melaksanakan satu kali khatam sesuai dengan bilangan yang tertulis dalam lembaran Sholawat Wahidiyah.
c.    Jika pengamalan 40 hari diringkas menjadi 7 hari bilangannya dikalikan 10 kali lipat (yang 7 menjadi 70 kali, 100 menjadi 1000 kali dan seterusnya) kecuali bacaan do’a akhir (“ALLOOHUMMA BIHAQQISMIKAL A’DHOM….. dst), bilangannya tetap seperti dalam Lembaran Sholawat Wahidiyah.
d.    Yang belum bisa membaca Sholawat Wahidiyah seluruh-nya, boleh membaca bagian-bagian mana yang sudah bisa dibaca lebih dahulu. Misalnya ; membaca Fatihah saja, atau membaca “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH” diulang berkali-kali selama kira-kira sama waktunya jika mengamalkan sholawat Wahidiyah secara lengkap, yaitu lebih kurang 30 menit. Kalau itupun belum mungkin, boleh berdiam saja selama waktu yang sama, dengan memusatkan hati dan perhatian (berkonsentrasi) kepada Alloh SWT, dan memuliakan serta menyatakan rasa cinta semurni-murninya dengan rasa istihdlor di hadapan Junjungan kita Rosululloh SAW.
e.    Selesai 40 hari atau 7 hari, pengamalan supaya diteruskan. Bilangannya bias dikurangi sebagian atau seluruhnya, namun lebih utama jika diperbanyak. Boleh mengamalkan sendiri-sendiri, akan tetapi berjamaah bersama keluarga dan masyarakat sekampung dianjur-kan. Para Pengamal Wahidiyah dianjurkan seringkali mengulangi pengamalan 40 hari atau diringkas menjadi 7 hari, sendirian atau berjama’ah se keluarga / se kampung / se lingkungan. Syukur kalau setiap khatam diulangi lagi dan seterusnya.
f.     Wanita yang sedang udzur cukup membaca sholawatnya saja tanpa membaca Fatihah. Adapun Fafirruu ….. dan Waqul Jaa … “ boleh dibaca, sebab di sini dimaksudkan sebagai do’a.
PENTING :
Setiap Pengamal Wahidiyah dianjurkan ikut serta menyiarkan Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah tanpa pandang bulu, dengan ikhlas, bijaksana sesuai bimbingan Muallif Wahidiyah, antara lain sebagai berikut :
a)    Memberikan keterangan tentang faedah dan dasar Sholawat Wahidiyah disertai penjelasan tata-cara pengamalannya, seperti dalam Lembaran Sholawat Wahidiyah
b)    Memberikan dorongan agar segera mengamalkan Mujahadah 40 hari atau 7 hari, dengan sendiri atau berjama’ah. Usahakan mendampingi beberapa hari atau sampai khatam.
c)    Memberitaukan dan mengarahkan kepada pengurus PSW setempat / terdekat untuk pembinaan selanjutnya.
AUROD MUJAHADAH LEMBARAN



2.MUJAHADAH YAMUIYAH (HARIAN)

  1. Mujahadah Yaumiyah adalah mujahadah yang dilaksanakan setiap hari oleh Pengamal Wahidiyah paling sedikit satu kali dalam sehari semalam dengan urutan bacaan seperti dalam Lembaran Sholawat Wahidiyah dan hitungannya boleh ditetapkan, ditambah, atau dikurangi sebagian atau seluruhnya
  2. Disamping menurut pilihannya sendiri seperti di atas sangat dianjurkan menggunakan Aurod MUJAHADAH BILANGAN 7-17. Boleh dilaksanakan sendiri-sendiri akan tetapi berjama’ah se keluarga, se lingkungan atau se kampung, sangat dianjurkan.
c.    Pelaksanaannya tidak ditentukan pada salah satu waktu. Boleh siang, malam, sore atau pagi hari. Lebih utama bila memilih waktu yang sekiranya bisa melaksanakan secara rutin (istiqomah), misalnya sehabis sholat Magrib.
ANJURAN :
  1. Para Pengamal Wahidiyah supaya melaksanakan Mujahadah Menjelang Shubuh, sendiri-sendiri atau berjama’ah. Sebelum-nya didahului sholat witir sedikitnya 3 roka’at (seperti lazimnya dilakukan sehabis sholat tarowih di bulan Romadlon).
b.    Para Pengamal Wahidiyah supaya membiasakan diri melaksanakan sholat sunnat qobliyah, ba’diyah dan sholat berjama’ah.
c.       Sehabis mendengarkan adzan jangan langsung membaca puji - pujian / tasyafu’an tetapi hendaknya melaksanakan sholat sunnat qobliyah lebih dahulu.
Sholat sunnah ba’diyatal Maghrib supaya dilaksanakan setelah salam dari sholat Maghrib kemudian baru membaca wirid dan Mujahadah

3.MUJAHADAH KELUARGA


a.       Mujahadah Keluarga adalah Mujahadah Wahidiyah yang dilakukan dan diikuti oleh seluruh anggota keluarga dari pengamal Wahidiyah dengan berjama’ah. Apabila situasi mengizinkan dianjurkan agar dilaksanakan setiap hari satu kali, Setidak-tidaknya 3 hari atau seminggu sekali.
b.       Mujahadah Keluarga supaya diusahakan sebagai kegiatan rutin dalam rumah tangga.
c.       Yang menjadi imam dalam Mujahadah Keluarga seyogja-nya bergantian antara bapak, ibu, anak dan anggota keluarga yang lain. Aurod, sebaiknya menggunakan bilangan 7-17 satu kali atau lebih (melihat situasi dan kondisi).
d.       Diharapkan dengan Mujahadah Keluarga tercipta keluarga yang damai, penuh berkah, tenteram, jauh dari murka Alloh , dan terhindar dari saling menuntut besuk hari qiamat sebagimana firman-Nya :
يَآأَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوآ أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا ……
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluarga-mu dari api neraka ... (Q.S.-  At-Tahrim : 6)
Dan firman-Nya ;
فَاِذاَ جَاءَتِ الصّآخَة ' يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ اَخِيْهِ ' وَاُمِّهِ وَاَبِِيْهِ ' وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيْهِ ' (80 عبس 33-34-35-36 )
“Maka apabila datang suara yang memekikkan (tiupan sengkala yang kedua), pada hari ketika seseorang lari dari saudaranya, dari Ibu dan Bapaknya, dari istri dan anak-anaknya”. (Q.S 80-‘Abbas : : 33,34,35,36)
4.MUJAHADAH USBU'IYAH (MINGGUAN)
a.    Mujahadah Usbu’iyah adalah mujahadah yang dilaksanakan secara berjama’ah tiap seminggu sekali oleh Pengamal Wahidiyah se desa / kelurahan / lingkungan. Penyelenggara / penanggungjawabnya adalah Pengurus PSW Desa / Kelurahan.
b.    Di desa, kampung, atau lingkungan yang sudah ada pengamal Wahidiyahnya sekalipun hanya beberapa orang / keluarga supaya mengadakan Mujahadah Usbu’iyah sendiri. Tidak hanya bergabung dengan desa / kampung lainnya.
c.    Tempat Mujahadah Usbu’iyyah boleh menetap di suatu tempat, akan tetapi lebih dianjurkan berpindah-pindah dari rumah ke rumah. Antara lain seperti sabda Rosululloh SAW .
زَيِّنُوْا مَجَالِسَكُمْ بالصَّلاَةِ عَلَيَّ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ عَلَيَّ نُوْرٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ في مُسْنَدِ الْفِرْدَوْسِ عَنِ ابْنِ عُمَرَ)
“Hiasilah ruang tempat duduk kamu sekalian dengan bacaan sholawat kepadaku, maka sesungguhnya bacaan sholawat kalian kepadaku itu menjadi cahaya pada hari qiyamat”.(HR. Dailami dalam kitab Musnadil-Firdaus, dari Ibnu Umar Ra.)
d.    Berangkat menuju tempat Mujahadah Usbu’iyah sayogjanya bersama-sama dengan teman lain. Sehingga saling menying-gahi (Jawa : ngampiri) satu sama lain.
e.    Jika situasi mengizinkan supaya diadakan sendiri-sendiri :
-       Mujahadah usbu’iyah kaum bapak,
-       Mujahadah usbu’iyah kaum ibu,
-       Mujahadah usbu’iyah remaja dan
-       Mujahadah usbu’iyah kanak-kanak
Jika belum mungkin usahakan seluruh pengamal Wahidiyah desa, sekampung, atau lingkungan, baik kaum bapak, ibu, remaja, dan kanak-kanak aktif mengikuti Mujahadah Usbu’iyah bersama-sama.
f.     Sebelum pelaksanaan Mujahadah Usbu’iyah supaya diadakan persiapan lahir batin sebaik-baiknya.
g.    Imam Mujahadah Usbu’iyah supaya bergilir dari kalangan peng-amal Wahidiyah se desa, se kampung, atau lingkungan, baik pria, wanita, remaja dan kanak-kanak.
h.    Aurad Mujahadah Usbu’iyah seharusnya menggunakan bilangan 7 – 17 atau menggunakan Aurod Mujahadah lain dengan ketentuan disepakati seluruh jama’ah, atau ada ketentuan lain dari DPP PSW.
i.      Mujahadah Usbu’iyah tidak harus menghadap ke arah kiblat tetapi juga tidak dilarang. Lazimnya bermuwajahah (saling ber-hadapan), dan Insya Alloh cara seperti ini ada ciri-ciri khusus dan banyak manfaatnya, antara lain bisa terjadi sorot-menyorot bathiniyah antara satu dengan yang lain.
Mujahadah berjamaah yang lazimnya menghadap ke arah qiblat antara lain ; mujahadah sehabis sholat maktubah / sholat sunnat, atau mujahadah yang bertempat di masjid / musholla atau jika ada suatu kepentingan. Adapun mujahadah perorangan (sendirian) lebih utama jika menghadap ke arah qiblat, kecuali situasi tidak mengizinkan.
j.      Yang sudah hadir lebih dahulu, sambil menunggu kehadiran yang lain supaya langsung “tasyafu’an” bersama-sama dengan adab yang sebaik-baiknya..
k.    Jika Mujahadah sudah akan dimulai, tasyafu’an diakhiri dengan “Al-Faatihah” (membaca surat Fatihah bersama satu kali) atau membaca “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOOH” bersama-sama tiga kali, diteruskan dengan bacaan “YAA AYYUHAL GHOUTSU SALAAMULLOOHI” (dilagukan satu kali, kemudian membaca ”AL-FAATIHAH” satu kali.
Selanjutnya pimpinan / Imam jama’ah, wakilnya atau yang ditugasi, segera memberitahukan dan mengajak hadirin hadirot untuk segera memulai mujahadah dan mempersilah-kan kepada petugas Imam Mujahadah yang telah ditentukan.
Contoh :  Para hadirin hadirot ! Mujahadah Usbu’iyah ini mari segera kita mulai. Dan mari kita berusaha menerapkan LILLAH BILLAH, LIRROSUL BIRROSUL, LILGHOUTS BILGHOUTS,  Kepada yang bertugas sebagai imam mujahadah, Bapak / Ibu / sdr………..…. disilahkan.
l.      Urutan acara dalam Mujahadah Usbu’iyah :
1.    Tasyaffu’ dan Istighotsah;
2.    Mujahadah bilangan 7-17;
3.    Dianjurkan mengadakan pembacaan buku-buku Wahidiyah, atau lain-lain sesuai keperluan.
4.    Penutup / nidak.
m.  Pembaca buku-buku Wahidiyah atau lain-lain dalam Mujahadah Usbu’iyah bisa dari lingkungan jama’ah sendiri.
n.    Pelaksanaan Mujahadah Usbu’iyah Kanak-Kanak, lihat buku “TUNTUNAN MUJAHADAH UNTUK KANAK-KANAK”.
5.MUJAHADAH SYAHRIYAH
a.    Mujahadah Syahriyah adalah Mujahadah Wahidiyah yang  dilaksanakan secara berjama’ah setiap bulan sekali, oleh Pengamal Wahidiyah se-kecamatan.
b.    Penyelenggara dan penanggungjawabnya adalah Pengurus PSW Kecamatan dan dapat menunjuk / membentuk Panitia Pelaksana.
c.    Penyelenggaraan Mujahadah Syahriyah harus diberitaukan secara tertulis kepada MUSPIKA, KUA dan DPC PSW setempat.
d.    Mujahadah Syahriyah dilaksanakan dalam bentuk seremonial (Acara Wahidiyah) dengan tema disesuaikan situasi dan kondisi saat itu.
e.    Mujahadah Syahriyah diikuti secara bersama-sama oleh Pengamal Wahidiyah se kecamatan. Sayogjanya mengundang pengamal / Penyiar Wahidiyah Kecamatan terdekat, tetangga, simpatisan, pejabat pemerintah, dan tokoh-tokoh agama / masyarakat setempat.
  1. Seksi Pembina Wanita, Pembina Remaja, Pembina Kanak-kanak, dan Pembina Mahasiswa, boleh menyelenggarakan sendiri-sendiri dengan sepengetahuan PSW Kecamatan, dan bisa dilaksanakan bersama-sama dengan penanggung jawab acara bergantian.
g.   Pembiayaan Mujahadah Syahriyah menjadi tanggung jawab bersama seluruh Pengamal Wahidiyah se-kecamatan dengan pengedaran Lis Khusus / Umum atau cara-cara lain yang sah, halal, dan tidak mengikat.   
h.    Untuk lebih tertibnya PSW Kecamatan supaya membuat jadwal Mujahadah Syahriyah per tahun dan berkordinasi dengan DPC PSW.
i.     Sebelum hari pelaksanaan Mujahadah Syahriyah supaya diadakan mujahadah penyongsongan. Dilaksanakan terutama oleh Pengurus PSW Kecamatan, para imam jama’ah dan umumnya pengamal Wahidiyah sekecamatan, utamanya jama’ah yang ketempatan. Dan supaya diadakan pula Muajahadah Khusus Nonstop.
Aurad Mujahadah penyongsongan menggunakan bilangan 7-17 dan aurod mujahadah nonstop menggunakan Aurod Mujahadah Peningkatan dan bisa ditambah Aurod Mujahadah Penyiaran
  1. Kerangka acara dalam Mujahadah Syahriyah antara lain :
1)    Pembukaan
2)    Pembacaan ayat suci Al-Qur’an (Tilawatil Qur’an)
3)    Muqoddimah Sholawat Wahidiyah
4)    Prakata panitia
5)    Sambutan-sambutan :
a. Pimpinan DPC PSW setempat.
b. Kepala desa yang berketempatan
c.  MUSPIKA / Ulama.
6)    Kuliah Wahidiyah dan Mujahadah
7)    Penutup dan nida’
Catatan :
D  Melihat situasi dan kondisi bisa ditambah terjemah Al-Qur’an, deklamasi / puisi Wahidiyah atau bacaan Tahlil.
D  Jika situasi memungkinkan Mujahadah dalam “Kuliah Wahidiyah” terakhir menggunakan bilangan 7-17.
k.. Bagi Pengamal Wahidiyah yang udzur / tidak bisa hadir supaya melaksanakan mujahadah di tempat masing-masing dengan niat makmum.
l. Apabila karena suatu udzur tidak bisa dilaksanakan secara seremonial maka PSW Kecamatan supaya mengadakan Gerakan Mujahadah Serempak oleh seluruh Pengamal Wahidiyah se kecamatan di tempat atau jama’ah masing-masing pada saat yang ditentukan dengan disertai mujahadah penyongsongan seperti di atas.
m. Jika Mujahadah Syahriyah berdekatan dengan Mujahadah Rubu’ussanah yang bertempat di suatu PSW Kecamatan, maka Mujahadah Syahriyah tersebut dilaksanakan dengan Mujahadah serempak seperti di atas.
n. Dari beberapa kali pelaksanaan Mujahadah Syahriyah dalam satu  tahun supaya disertai Up-Grade / Diklat / Panataran Wahidiyah.
6.MUJAHADAH RUBU'USSANAH
a.     Mujahadah Rubu’ussanah adalah Mujahadah Wahidiyah yang  dilaksanakan secara berjama’ah setiap 3 bulan sekali, oleh Pengamal Wahidiyah se-kabupaten / kota..
b.    Penyelenggara dan penanggungjawabnya adalah DPC PSW dan dapat menunjuk / membentuk Panitia Pelaksana.
  1. Penyelenggaraan Mujahadah Rubu’ussanah harus diberitaukan secara tertulis kepada MUSPIDA, Depag, DPW PSW setempat dan DPP PSW.
d.     Mujahadah Rubu’ussanah dilaksanakan dalam bentuk seremonial (Acara Wahidiyah) dengan tema disesuaikan situasi dan kondisi saat itu.
  1. Mujahadah Rubu’ussanah diikuti secara bersama-sama oleh Pengamal Wahidiyah se kabupaten / kota. Sayogjanya mengundang pengamal / Penyiar Wahidiyah kabupaten / kota terdekat, simpatisan, pejabat pemerintah, dan tokoh-tokoh agama / masyarakat.
  2. Badan Pembina Wanita, Pembina Remaja, Pembina Kanak-kanak, dan Pembina Mahasiswa, boleh menyelenggarakan sendiri-sendiri dengan sepengetahuan DPC PSW, dan bisa dilaksanakan bersama-sama dengan penanggung jawab acara bergantian
g.    Pembiayaan Mujahadah Rubu’ussanah menjadi tanggung jawab bersama seluruh Pengamal Wahidiyah se- kabupaten / kota dengan pengedaran Lis Khusus / Umum atau cara-cara lain yang sah, halal, dan tidak mengikat.  
h.    Untuk lebih tertibnya, DPC PSW supaya membuat jadwal Mujahadah Rubu’ussanah menyesuikan jadual waktu pelaksanaan Mujahadah yang diterbitkan oleh DPP PSW.
i.      Sebelum pelaksanaan Mujahadah Rubu’ussanah supaya diadakan mujahadah penyongsongan sekurang-kurangnya tujuh hari. Dilaksanakan terutama oleh Pengurus PSW Kabupaten / kota, PSW Kecamatan, PSW Desa, para imam jama’ah dan umumnya pengamal Wahidiyah se kabupaten / kota. Dan diadakan Muajahadah Khusus Nonstop sekurang-kurangnya tiga hari sebelum pelaksanaan di setiap jama’ah dan sehari semalam di sekitar lokasi acara.
Aurad Mujahadah penyongsongan menggunakan bilangan 7-17 dan aurod mujahadah nonstop menggunakan Aurod Mujahadah Peningkatan dan Aurod Mujahadah Penyiaran . Dalam Mujahadah Penyongsongan di atas bisa ditambah bacaan : WAFII HAADZIHII MUJAAHADATI RUBU’ISSANAH YAA ALLOOH setelah bacaanALLOOHUMMA BAARIK…”  Bilangannya minimal 7 kali.
  1. Kerangka acara dalam Mujahadah Rubu’ussanah sama dengan acara Mujahadah Syahriyah. Hanya saja sambutan-sambutannya disesuaikan (Lihat Petunjuk Acara-Acara Wahidiyah)
    k.. Bagi Pengamal Wahidiyah yang udzur / tidak bisa hadir supaya melaksanakan mujahadah di tempat masing-masing dengan niat makmum.
    l. Apabila karena suatu udzur tidak bisa dilaksanakan secara seremonial maka DPC PSW supaya mengadakan Gerakan Mujahadah Serempak oleh seluruh Pengamal Wahidiyah se kabupaten / kota di tempat atau jama’ah masing-masing pada saat yang ditentukan dengan disertai mujahadah penyongsongan seperti di atas.
    m.Jika Mujahadah Rubu’ussanah berdekatan dengan Mujahadah Nisfussanah yang bertempat di suatu DPC PSW, maka Mujahadah Rubu’ussanah tersebut dilaksanakan dengan Mujahadah serempak seperti di atas.
    n. Dari beberapa kali pelaksanaan Mujahadah Rubu’ussanah dalam satu  tahun supaya disertai Up-Grade / Diklat / Panataran Wahidiyah / sarasehan Pengurus.
5. Mujahadah Rubu’ussanah
i. Bagi Pengamal Wahidiyah di kabupaten / kota tersebut jika terpaksa (karena udzur) tidak bisa hadir di arena Mujaha-dah Rubu’ussanah supaya melakukan mujahadah dengan bilangan 7-17 tiga kali khataman di tempat masing-masing dengan niat makmum.
j. Apabila karena udzur tidak bisa melaksanakan Mujahadah Rubu’ussanah dengan seremonial (Acara / Resepsi) Pengurus DPC PSW yang bersangkutan supaya mengadakan Gerakan Mujahadah Serempak yang dilakukan oleh seluruh Pengamal Wahidiyah se kabupaten/kota di tempat atau jama’ah masing-masing pada saat yang ditentukan sebagai pelaksanaan Mujahadah Rubu’ussanahnya, dengan disertai mujahadah penyongsongan seperti di atas. Dengan demikian tidak ada alasan bagi DPC PSW untuk tidak melaksanakan Mujahadah Rubu’ussanah.
Bagi DPC PSW yang akan ditempati Mujahadah Nisfussanah dan waktunya berdekatan dengan pelaksanaan Mujahadah Rubu‘ussanah maka Rubu’ussanahnya supaya menggunakan cara Gerakan Mujahadah Serempak di atas. 

silahkan download disini:

1).LEMBARAN SHOLAWAT WAHIDIYAH ARAB ARTI
    KLIK  http://sholawat-wahidiyah.com/id/downld/arabnarti.pdf
2).LEMBARAN SHOLAWAT WAHIDIYAH LATIN AJARAN
    KLIK http://sholawat-wahidiyah.com/id/downld/latinnajaran.pdf
3).LEMBARAN SHOLAWAT WAHIDIYAH ARAB AJARAN
     KLIK http://ebookbrowse.com/arabnajaran-pdf-d281557394


TATA CARA TAHLIL YASIN SHOLAT FARDHU DAN SHOLAT SUNAH KLIK http://tatacarasholatfardhudansholatshunah.blogspot.com

Pengertian Mujahadah

1.     Pengertian secara umum
Ta’rif (definisi) mujahadah menurut arti bahasa, syar’i, dan istilah ahli hakikat sebagaimana dimuat dalam kitab Jami’ul Ushul Fil-Auliya(1), hal 221 :
أَمَّاالْمُجَاهَدَةُ فَهيَ فِي اللُّغَةِ الْمُحَارَبَةُ وَفِي الشَّرْعِ مُحَارَبَةُ  أَعْدَآءِ اللهِ , وَفِي اصْطـِلاَحِ أَهْلِ الْحَـقِـيْقَة ِ مُحَــارَبَةُ النَّفـْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ وَتَحْمِيْلُهَا مَا شَقَّ عَلَيْـهَا ِممَّا هُوَ مَطْلـُوْبٌ شَرْعًا . وَقَالَ بَعْضُـهُمْ : الْمُـجَاهَدَةُ مُخَالَـفَةُ النَّفْسِ , وَقَالَ بَعْضُهُمْ : المـُجَاهَدَةُ مَنْعُ النَّفْس ِ عَنِ الْمَـأْلُوْ فَاتِ
“Arti mujahadah menurut bahasa adalah perang, menurut aturan syara’ adalah perang melawan musuh-musuh Alloh, dan menurut istilah ahli hakikat adalah memerangi nafsu amarah bis-suu’ (2) dan memberi beban kepadanya untuk melakukan sesuatu yang berat baginya yang sesuai dengan aturan syara’ (agama). Sebagian Ulama mengatakan : "Mujahadah  adalah tidak menuruti kehendak nafsu”, dan ada lagi yang mengatakan: “Mujahadah adalah menahan nafsu dari kesenangannya”.
Di dalam Wahidiyah yang dimaksud “Mujahadah” adalah ber-sungguh-sungguh memerangi dan menundukkan hawa nafsu (nafsu ammarah bis-suu’) untuk diarahkan kepada kesadaran FAFIRRUU ILALLOOH WAROSUULIHI”,
2.     Pengertian secara khusus
MUJAHADAH WAHIDIYAH adalah pengamalan Sholawat Wahidiyah atau bagian dari padanya menurut adab, cara dan tuntunan yang dibimbingkan oleh Muallif Sholawat Wahidiyah  sebagai penghormatan kepada Rosululloh  dan sekaligus merupakan do’a permohonan kepada Alloh , bagi diri pribadi dan keluarga, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, bagi bangsa dan negara, bagi para pemimpin mereka di segala bidang, bagi ummat masyarakat jami’al ‘alamin, dan seluruh makhluq ciptaan Alloh .
3.      Dasar-dasar Mujahadah dan Keuntungannya
a.     Firman Alloh Ta’ala QS. 5 - Al Maaidah : 35 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَابْتَغُوْآ إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (5- المائدة-35)
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Alloh dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihadlah pada jalan-NYA agar supaya kamu sekalian mendapat keberuntungan.
b. Firman Alloh Ta’ala : QS. 29 Al Ankabut: 69
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ ( 29-العنكبوت : 69 )
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridoan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. Q.S. 29 Al-Ankabut : 69.
b. Firman Alloh
وَجَاهِدُوا فِي الله ِ حَقَّ جِهَادِه… الآية (22  الحج : 78 )
Dan berjihadlah (bersungguh-sungguhlah) kamu menuju pada Alloh dengan sebenar-benarnya jihad …….. (QS.22 Al-Hajji 78 )
c.      Hadits Nabi  :
رَجَعْنَا مِنَ الْجِهَادِ اْلأَصْغَرِ اِلَى الجِهَادِ اْلأَكْبَرِ , قَالُوْا يَارَسُوْلَ اللهِ وَمَا الْجِهَادُ اْلأَ كْبَرِ ؟ قَالَ  : جِهَادُ النَّفْسِ )رواه البيهقى عن جابر فى كتاب الزهد الكبير (الجزء 2، رقم 373) .
 Kita baru kembali dari perang kecil akan menghadapi perang besar. Para Shahabat bertanya : YA Rosulalloh gerangan apakah perang besar itu ? Rosululloh  menjawab: “Perang melawan Nafsu”.
d.      Hadits Nabi  :
"الْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ". رَوَاهُ التّرْمِذِى وَالطَّبْرَانى وَابْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ عَنْ فَضَالَةَ بن عُبَيْدٍ ، حسن صحيح
Orang yang berjihad (bermujahadah) adalah orang yang memerangi nafsunya dalam (pendekatan dirinya kepada) Alloh, HR At-Tirmidzi, At-Thabrani, Ibnu Hibban dan Al-Hakim, dari Fadlolah bin “Ubaid.
e. Hujjatul-Islam Imam Ghozali dalam Ihya’nya menyebutkan :
الْمُجَاهَدَةُ مِفْتَاحُ الْهِدَايَةِ لاَمِفْتَاحَ لَهَا سِوَاهَا . (احياء علوم الدين , الجزء الأول : 39)
Mujahadah adalah kunci (pintu) hidayah, tidak ada kunci hidayah selain mujahadah.
f. Sering didawuhkan oleh Muallif Wahidiyah :
مَنْ لَيْسَ لَهُ الْمُجَاهَدَةٌ لَيْسَ لَهُ الْمُشَاهَدَةٌ
“Barang siapa tidak bermujahadah dia tidak akan bisa mencapai musyahadah (Shuhud / sadar kepada Alloh)

Adab-Adab Mujahadah

Bagian Kedua
ADAB-ADAB MUJAHADAH
1.    Dijiwai LILLAH-BILLAH, LIRROSUL-BIRROSUL, LILGHOUTS-BILGHOUTS ! (lihat Ajaran Wahidiyah)
2.    Hatinya hudlur berkonsentrasi kepada Alloh .
Sabda Nabi SAW :
الإِحْسَانُ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ (رَوَاهُ الْبُخَارِي وَمُسْلِمٌ عَن أبي هُريْرَةَ رضي الله عنه)
Penerapan “ihsan” yaitu engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan melihat-Nya, maka apabila belum bisa  sadarilah sesungguhnya Alloh  melihat kamu  (HR Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairoh Ra.)
3.     ISTIHDLOR, yakni merasa berada di hadapan Rosululloh , wa Ghoutsi Hadzaz Zaman , dengan ketulusan hati, ta’dhim (memuliakan), mahabbah (mencinta) sedalam-dalamnya dan semurni-murninya.
a.    Imam Al-Ghozali berkata:
وَقَبْلَ قَوْلِكَ "السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبـِىُّ" أَحْضِرْ شَخْصَـهُ الْكَرِيْمَ فِي قَلْـبِكَ وَلْيـُصَدِّقْ أَمَلَكَ فِي أَنَّهُ يَبْلُغُهُ وَيَرُدُّ عَلَيْكَ بِمَا هُوَ أَوْفَى (ألإحيآء في باب الصلاة وسعادة الدرين : 223)
Sebelum kamu mengucapkan "السـَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبـِىُّ" (pada saat baca tahiyat ) hadirkan pribadi Beliau yang mulia dalam hatimu dan mantapkan angan-anganmu bahwa salam kamu sampai pada Beliau dan Beliau menjawabnya dengan jawaban yang lebih tepat” (Dalam kitab Ihya’ bab sholat dan Sa’adatut Daroini hal 123 )
b.      Dalam Kitab Jami’ul Ushul hal 48 :
قَلْبُ الْعَارِفِ حَضْـرَةُ اللهِ وَحَوَاسُهُ أَبْوَابُهَا , فَمَنْ تَقَرَّبَ  إِلَيْهِ بِالْقُرْبِ الْمُلاَئِمِ لَهُ فُتـِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْحَضْرَةِ
Hatinya orang arif Billah itu merupakan hadlrotulloh dan indranya sebagai pintu-pintu hadlroh. Maka barang siapa yang mendekatkan diri kepada Beliau dengan pendekatan yang serasi (sesuai) dengan kedudukan Beliau, akan ter-bukalah baginya pintu-pintu hadlroh (sadar kepada Alloh ) 
c.    Dalam kitab As-Syifa hal. 32 : Syaikh Abu Ibrahim At-Tajibi berkata :
وَاجِبٌ عَلَى مُؤْمِنٍ مَتَى ذَكَرَهُ  أَوْ ذُكِرَ عِنْدَهُ أَنْ يَخْضَعَ  وَيَتَوَقَّرَ وَيَسْكُنَ مِنْ حَرَكَتـِهِ وَيَأْخـُذَ فِي هَيْبَتِهِ وَإِجْلاَلِـهِ بـِمَا كَانَ يَأْخُـذَ نَفْسَهُ  وَيَتَأَدَّبَ   بِمَا أَدَّبَنَا اللهُ بِهِ مِنْ تَعْظِيْمِهِ وَتَكْرِيْمِهِ .....    الخ
Setiap orang yang beriman ketika menyebut Nabi  atau nama Beliau disebut, diwajibkan menunduk, memuliakan dan diam (tidak bergerak) serta berusaha mengagungkan dan memuliakan sebagaimana berhadapan langsung serta mem-bayangkan seakan-akan berada di hadapan Beliau, dan beradab dengan adab-adab yang telah diajarkan oleh Alloh yaitu ta’dhim (mengagungkan) dan takrim (memuliakan) Beliau, …..
4.    TADZALLUL yakni merasa rendah diri dan merasa hina sehina-hinanya akibat perbuatan dosanya.
 Dalam kitab “Taqribul Ushul” , hal.156 disebutkan ,
الإِقْبَالُ إِلَى اللهِ )وَرَسُوْلِهِ (  بِشِدَّةِ الذُّلِّ وَالإِنْكِسَارِ مَعَ التَّبَرِّى عَنِ الْحَوْلِ وَالْـقُـوَّةِ أَصْلُ كُلّ ِ خَـيْرٍ دُنْيَوِىٍّ وَأُخْـرَو ِىّ ٍ .
“ Menghadap kepada Alloh wa Rosuulihi  dengan sungguh-sungguh merasa hina dan meratapi dosa-dosa serta merasa tidak mempunyai daya dan kekuatan adalah pangkal segala kebaikan dunia dan akhirat”.
5.    TADHOLLUM yakni merasa penuh berlumuran dosa dan banyak berbuat dholim. Dholim dan dosa terhadap Alloh , wa Rosuulihi  wa Ghoutsi Hadzaz Zaman. Dosa terhadap kedua orang tua. Anak, keluarga, saudara, tetangga, terhadap bangsa, negara dan sebagainya terhadap semua makhluq yang ada hubungan hak dengan kita.
Ingat dan merasa sedalam-dalamnya bahwa diri kita termasuk dalam Firman Alloh
إِنَّ الإِ نْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ  (14- ابرهيم : 34 )
“Sesungguhnya manusia itu selalu berbuat dlolim dan kufur” (QS. 14-Ibrohim : 34).
6.     IFTIQOR yakni merasa butuh sekali, butuh terhadap maghfiroh (ampunan), perlindungan dan taufiq hidayah Alloh , butuh syafa’at tarbiyah Rosululloh , butuh barokah nadhroh dan do’a restu Ghoutsi Hadzaz Zaman Wa A’waanihi wasaa’iri Auiliyaa’i Ahbaabillah Rodliyallohu  Anhum.
7.     Bersungguh-sungguh dan berkeyakinan bahwa mujahadah / do’anya akan dikabulkan oleh Alloh Ta’ala.  Tidak ragu-ragu dan putus asa meskipun belum ada tanda-tanda diijabahi.
Sabda Nabi SAW :
اُدْعُوا اللهَ وَأَنْتُمْ  مُوْقِنُوْنَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُـوْا أَنَّ اللهَ لاَيَسْتَجـِيْبُ  دُعَآءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ (رواه الترمذي والحاكم عن ابي هريرة)

“Berdo’alah kepada Alloh dengan berkeyakinan bahwa (do’a-mu) diijabahi; dan ketahuilah bahwasanya Alloh  tidak mengijabahi do’a dari hati yang lupa dan lalai. (HR. Turmudzi dan Hakim, dari Abi Hurairoh Ra.)
Sabda Nabi  :
يُسْتَجَابُ لأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ فَيَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ رَبِّي فَلَمْ يَسْتَجِبْ لِي  (رواه مسلم عن ابي هريرة)
Doa salah satu dari kalian akan diijabahi selagi tidak terburu-buru, lalu berkata “Aku telah berdoa dengan bersungguh-sungguh kepada Tuhanku namun Dia tidak mengijabahi doa-ku”. (H.R. Muslim dari Abi Hurairah R.a).
8.     Disamping memohon untuk diri sendiri dan sekeluarga supaya memohonkan bagi ummat dan masyarakat, bangsa negara dan seterusnya. Pokoknya bagi semua yang ada hubungan hak dengan kita, lebih-lebih mereka yang kita rugikan, moriil atau materiil, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Secara umum dan garis besar, yang dimohonkan adalah maghfiroh, hidayah, taufiq dan barokah.
Sabda Nabi
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِى الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ (رواه  الترمذي  عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو)
“Orang-orang yang mengasihi dan menyayangi (kepada sesama) akan dikasih-sayangi oleh Alloh Yang Maha Pengasih. Kasih sayangilah orang-orang yang ada di bumi maka kalian akan dikasihi oleh yang berada di langit. (HR. At-Tirmidzi dari Abdulloh bin ‘Amrin)
 9.     Bacaannya supaya tartil sesuai dengan makhroj, tajwid dan mad (panjang pendeknya) serta tanda baca yang tepat.
10.  Gaya, lagu, sikap dan cara pelaksanaannya supaya sesuai dengan tuntunan dari Muallif Sholawat Wahidiyah . (Pelajari kaset mujahadah Beliau)
11.  Bacaan makmum tidak boleh mendahului bacaan imamnya dan juga tidak boleh terlalu jauh ketinggalan (Jawa, dlewer). Bacaan dan suara harus seragam. Tidak boleh terlalu tinggi dari suara Imam ! Paling-paling sama atau lebih rendah sedikit.
Sabda Nabi  dalam hal berjamaah sholat :
إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ (رَواهُ مُسْلِمٌ عَن أَبي هُرَيْرَةَ)
Bahwasanya diadakannya imam agar diikuti” H.R. Muslim dari Abi Hurairah R.a).
12.  Bagi yang terpaksa tidak dapat mengendalikan kerasnya suara, supaya mengambil jarak dari mikrofon agar tidak menggangu / mempengaruhi yang lain.
13.  Lagu “tasyaffu’” harus seragam mengikuti tuntunan yang diberikan oleh Hadlrotul-Mukarrom Muallif Sholawat Wahidiyah . Tidak boleh membuat ghoyah atau variasi sendiri. Yang mengetahui kesalahan mengenai lagu (juga mengenai kesera-gaman mujahadah) berkewajiban memperingatkan dengan cara bijaksana. Bagi yang sukar untuk mengadakan penyesuaian, jangan berada di dekat mikrofon, atau untuk sementara waktu tidak boleh memimpin lagu “tasyafu” atau menjadi imam mujahadah. Agar kekeliruannya tidak menular kepada yang lain
14.  Jika mengalami pengalaman batin, tangis atau jeritan supaya dikendalikan dan dimanfaatkan sekuat mungkin untuk lebih mendekat kepada Alloh  wa Rosuulihi .. Jangan sampai menimbulkan gangguan terhadap lingkungannya.

Lorem Ipsum

Lorem Ipsum

Blogger news

Blogger templates

About