Macam-macam Mujahadah
MACAM-MACAM MUJAHADAH WAHIDIYAH & PETUNJUK PELAKSANAANNYA
A.MUJAHADAH-MUJAHADAH YANG DIBAKUKAN
1.
MUJAHADAH PENGAMALAN 40 HARI ATAU 7 HARI
a.
Mujahadah
Pengamalan 40 hari atau diringkas menjadi 7 hari adalah mujahadah yang
dilaksanakan oleh pengamal pemula, dan dapat dilaksanakan ulang oleh para Penga-mal
Wahidiyah. Boleh dilaksanakan sendiri-sendiri (munfaridan)
tetapi lebih dianjurkan berjamaah se keluarga, se kampung / se lingkungan. Dilaksanakan
selama 40 hari atau 7 hari berturut-turut dengan adab dan tata cara pengamalan seperti
dalam “Lembaran SHOLAWAT WAHIDIYAH”
b.
Waktu pelaksanaannya boleh siang, malam, pagi atau sore
hari. Lebih utama jika waktunya dirutinkan / ditetapkan. Misalnya setiap ba’da sholat
Maghrib, kecuali ada udzur yang lebih penting, bisa dilakukan di waktu lainnya.
Usahakan dalam waktu sehari semalam (24 jam) melaksanakan satu kali khatam
sesuai dengan bilangan yang tertulis dalam lembaran Sholawat Wahidiyah.
c.
Jika pengamalan 40 hari diringkas menjadi 7 hari
bilangannya dikalikan 10 kali lipat (yang 7 menjadi 70 kali, 100 menjadi 1000 kali
dan seterusnya) kecuali bacaan do’a akhir (“ALLOOHUMMA
BIHAQQISMIKAL A’DHOM…..” dst), bilangannya tetap seperti dalam
Lembaran Sholawat Wahidiyah.
d.
Yang belum bisa membaca Sholawat Wahidiyah seluruh-nya, boleh
membaca bagian-bagian mana yang sudah bisa dibaca lebih dahulu. Misalnya ;
membaca Fatihah saja, atau membaca “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH” diulang berkali-kali selama kira-kira
sama waktunya jika mengamalkan sholawat Wahidiyah secara lengkap, yaitu lebih
kurang 30 menit. Kalau itupun belum mungkin, boleh berdiam saja selama waktu
yang sama, dengan memusatkan hati dan perhatian (berkonsentrasi) kepada Alloh
SWT, dan memuliakan serta menyatakan rasa cinta semurni-murninya dengan rasa
istihdlor di hadapan Junjungan kita Rosululloh SAW.
e.
Selesai 40 hari atau 7 hari, pengamalan supaya
diteruskan. Bilangannya bias dikurangi sebagian atau seluruhnya, namun lebih
utama jika diperbanyak. Boleh mengamalkan sendiri-sendiri, akan tetapi
berjamaah bersama keluarga dan masyarakat sekampung dianjur-kan. Para Pengamal
Wahidiyah dianjurkan seringkali mengulangi pengamalan 40 hari atau diringkas
menjadi 7 hari, sendirian atau berjama’ah se keluarga / se kampung / se lingkungan.
Syukur kalau setiap khatam diulangi lagi dan seterusnya.
f.
Wanita yang sedang udzur cukup membaca sholawatnya saja
tanpa membaca Fatihah. Adapun Fafirruu ….. dan Waqul Jaa …
“ boleh dibaca, sebab di sini dimaksudkan sebagai do’a.
PENTING :
Setiap
Pengamal Wahidiyah dianjurkan ikut serta menyiarkan Sholawat Wahidiyah dan
Ajaran Wahidiyah tanpa pandang bulu, dengan ikhlas, bijaksana sesuai
bimbingan Muallif Wahidiyah, antara lain sebagai berikut :
a)
Memberikan keterangan tentang faedah dan dasar Sholawat
Wahidiyah disertai penjelasan tata-cara pengamalannya, seperti dalam Lembaran Sholawat
Wahidiyah
b) Memberikan
dorongan agar segera mengamalkan Mujahadah 40 hari atau 7 hari, dengan sendiri
atau berjama’ah. Usahakan mendampingi beberapa hari atau sampai khatam.
c)
Memberitaukan dan mengarahkan kepada pengurus PSW setempat
/ terdekat untuk pembinaan selanjutnya.
AUROD
MUJAHADAH LEMBARAN
- Mujahadah Yaumiyah adalah mujahadah yang dilaksanakan setiap hari oleh Pengamal Wahidiyah paling sedikit satu kali dalam sehari semalam dengan urutan bacaan seperti dalam Lembaran Sholawat Wahidiyah dan hitungannya boleh ditetapkan, ditambah, atau dikurangi sebagian atau seluruhnya
- Disamping menurut pilihannya sendiri seperti di atas sangat dianjurkan menggunakan Aurod MUJAHADAH BILANGAN 7-17. Boleh dilaksanakan sendiri-sendiri akan tetapi berjama’ah se keluarga, se lingkungan atau se kampung, sangat dianjurkan.
c.
Pelaksanaannya tidak ditentukan pada salah satu waktu.
Boleh siang, malam, sore atau pagi hari. Lebih utama bila memilih waktu yang
sekiranya bisa melaksanakan secara rutin (istiqomah), misalnya sehabis sholat
Magrib.
ANJURAN :
- Para Pengamal Wahidiyah supaya melaksanakan Mujahadah Menjelang Shubuh, sendiri-sendiri atau berjama’ah. Sebelum-nya didahului sholat witir sedikitnya 3 roka’at (seperti lazimnya dilakukan sehabis sholat tarowih di bulan Romadlon).
b.
Para Pengamal Wahidiyah supaya membiasakan diri
melaksanakan sholat sunnat qobliyah, ba’diyah dan sholat berjama’ah.
c.
Sehabis
mendengarkan adzan jangan langsung membaca puji - pujian / tasyafu’an tetapi
hendaknya melaksanakan sholat sunnat qobliyah lebih dahulu.
Sholat sunnah ba’diyatal Maghrib supaya
dilaksanakan setelah salam dari sholat Maghrib kemudian baru membaca wirid dan
Mujahadah
a.
Mujahadah Keluarga adalah Mujahadah Wahidiyah yang
dilakukan dan diikuti oleh seluruh anggota keluarga dari pengamal Wahidiyah dengan
berjama’ah. Apabila situasi mengizinkan dianjurkan agar dilaksanakan setiap
hari satu kali, Setidak-tidaknya 3 hari atau seminggu sekali.
b.
Mujahadah Keluarga supaya diusahakan sebagai kegiatan
rutin dalam rumah tangga.
c.
Yang menjadi imam dalam Mujahadah Keluarga seyogja-nya
bergantian antara bapak, ibu, anak dan anggota keluarga yang lain. Aurod,
sebaiknya menggunakan bilangan 7-17 satu kali atau lebih (melihat situasi dan
kondisi).
d.
Diharapkan dengan Mujahadah Keluarga tercipta keluarga yang damai, penuh berkah, tenteram, jauh
dari murka Alloh , dan terhindar dari saling menuntut besuk hari qiamat sebagimana firman-Nya :
يَآأَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا قُوآ أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا ……
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluarga-mu dari api neraka ... (Q.S.- At-Tahrim : 6)
Dan firman-Nya ;
فَاِذاَ جَاءَتِ الصّآخَة ' يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ اَخِيْهِ ' وَاُمِّهِ وَاَبِِيْهِ ' وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيْهِ ' (80 عبس 33-34-35-36
)
“Maka apabila
datang suara yang memekikkan (tiupan sengkala yang kedua), pada hari ketika
seseorang lari dari saudaranya, dari Ibu dan Bapaknya, dari istri dan
anak-anaknya”. (Q.S
80-‘Abbas : : 33,34,35,36)
4.MUJAHADAH USBU'IYAH (MINGGUAN)
a.
Mujahadah
Usbu’iyah adalah mujahadah yang dilaksanakan secara berjama’ah tiap
seminggu sekali oleh Pengamal Wahidiyah se desa / kelurahan / lingkungan.
Penyelenggara / penanggungjawabnya adalah Pengurus PSW Desa / Kelurahan.
b.
Di desa, kampung, atau lingkungan yang sudah ada pengamal Wahidiyahnya
sekalipun hanya beberapa orang / keluarga supaya mengadakan Mujahadah Usbu’iyah
sendiri. Tidak hanya bergabung dengan desa / kampung lainnya.
c. Tempat
Mujahadah Usbu’iyyah boleh menetap di suatu tempat, akan tetapi lebih
dianjurkan berpindah-pindah dari rumah ke rumah. Antara lain seperti sabda
Rosululloh SAW .
زَيِّنُوْا مَجَالِسَكُمْ
بالصَّلاَةِ عَلَيَّ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ عَلَيَّ نُوْرٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ
في مُسْنَدِ الْفِرْدَوْسِ عَنِ ابْنِ عُمَرَ)
“Hiasilah ruang tempat duduk kamu
sekalian dengan bacaan sholawat kepadaku, maka sesungguhnya bacaan sholawat
kalian kepadaku itu menjadi cahaya pada hari qiyamat”.(HR. Dailami dalam kitab Musnadil-Firdaus,
dari Ibnu Umar Ra.)
d. Berangkat menuju
tempat Mujahadah Usbu’iyah sayogjanya bersama-sama dengan teman lain. Sehingga saling
menying-gahi (Jawa : ngampiri) satu sama lain.
e. Jika situasi
mengizinkan supaya diadakan sendiri-sendiri :
-
Mujahadah usbu’iyah kaum bapak,
-
Mujahadah usbu’iyah kaum ibu,
-
Mujahadah usbu’iyah remaja dan
-
Mujahadah usbu’iyah kanak-kanak
Jika
belum mungkin usahakan seluruh pengamal Wahidiyah desa, sekampung, atau lingkungan,
baik kaum bapak, ibu, remaja, dan kanak-kanak aktif mengikuti Mujahadah Usbu’iyah
bersama-sama.
f. Sebelum pelaksanaan
Mujahadah Usbu’iyah supaya diadakan persiapan lahir batin sebaik-baiknya.
g. Imam Mujahadah
Usbu’iyah supaya bergilir dari kalangan peng-amal Wahidiyah se desa, se kampung,
atau lingkungan, baik pria, wanita, remaja dan kanak-kanak.
h. Aurad Mujahadah
Usbu’iyah seharusnya menggunakan bilangan 7 – 17 atau menggunakan Aurod
Mujahadah lain dengan ketentuan disepakati seluruh jama’ah, atau ada ketentuan lain
dari DPP PSW.
i. Mujahadah
Usbu’iyah tidak harus menghadap ke arah kiblat tetapi juga tidak dilarang.
Lazimnya bermuwajahah (saling ber-hadapan), dan Insya Alloh cara seperti
ini ada ciri-ciri khusus dan banyak manfaatnya, antara lain bisa terjadi
sorot-menyorot bathiniyah antara satu dengan yang lain.
Mujahadah berjamaah
yang lazimnya menghadap ke arah qiblat antara lain ; mujahadah sehabis sholat
maktubah / sholat sunnat, atau mujahadah yang bertempat di masjid / musholla atau
jika ada suatu kepentingan. Adapun mujahadah perorangan (sendirian) lebih utama
jika menghadap ke arah qiblat, kecuali situasi tidak mengizinkan.
j. Yang sudah hadir
lebih dahulu, sambil menunggu kehadiran yang lain supaya langsung “tasyafu’an”
bersama-sama dengan adab yang sebaik-baiknya..
k. Jika Mujahadah
sudah akan dimulai, tasyafu’an diakhiri dengan “Al-Faatihah”
(membaca surat
Fatihah bersama satu kali) atau membaca “YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOOH” bersama-sama tiga kali, diteruskan dengan
bacaan “YAA
AYYUHAL GHOUTSU SALAAMULLOOHI”
(dilagukan satu kali, kemudian membaca ”AL-FAATIHAH” satu kali.
Selanjutnya pimpinan / Imam jama’ah, wakilnya
atau yang ditugasi, segera memberitahukan dan mengajak hadirin hadirot untuk
segera memulai mujahadah dan mempersilah-kan kepada petugas Imam Mujahadah yang
telah ditentukan.
Contoh
: “Para
hadirin hadirot ! Mujahadah Usbu’iyah ini mari segera kita mulai. Dan mari kita
berusaha menerapkan LILLAH BILLAH, LIRROSUL BIRROSUL, LILGHOUTS BILGHOUTS, Kepada yang bertugas sebagai imam mujahadah,
Bapak / Ibu / sdr………..…. disilahkan.
l. Urutan acara
dalam Mujahadah Usbu’iyah :
1.
Tasyaffu’ dan Istighotsah;
2.
Mujahadah bilangan 7-17;
3.
Dianjurkan mengadakan pembacaan buku-buku Wahidiyah, atau
lain-lain sesuai keperluan.
4.
Penutup / nidak.
m. Pembaca buku-buku
Wahidiyah atau lain-lain dalam Mujahadah Usbu’iyah bisa dari lingkungan jama’ah
sendiri.
n. Pelaksanaan Mujahadah
Usbu’iyah Kanak-Kanak, lihat buku “TUNTUNAN MUJAHADAH UNTUK KANAK-KANAK”.
a.
Mujahadah Syahriyah adalah Mujahadah Wahidiyah yang dilaksanakan secara berjama’ah setiap bulan
sekali, oleh Pengamal Wahidiyah se-kecamatan.
b.
Penyelenggara dan penanggungjawabnya adalah Pengurus
PSW Kecamatan dan dapat
menunjuk / membentuk Panitia Pelaksana.
c. Penyelenggaraan
Mujahadah Syahriyah harus diberitaukan secara tertulis kepada MUSPIKA, KUA dan
DPC PSW setempat.
d. Mujahadah
Syahriyah dilaksanakan dalam bentuk seremonial (Acara Wahidiyah) dengan tema
disesuaikan situasi dan kondisi saat itu.
e. Mujahadah
Syahriyah diikuti secara bersama-sama oleh Pengamal Wahidiyah se kecamatan. Sayogjanya
mengundang pengamal / Penyiar Wahidiyah Kecamatan terdekat, tetangga,
simpatisan, pejabat pemerintah, dan tokoh-tokoh agama / masyarakat setempat.
- Seksi Pembina Wanita, Pembina Remaja, Pembina Kanak-kanak, dan Pembina Mahasiswa, boleh menyelenggarakan sendiri-sendiri dengan sepengetahuan PSW Kecamatan, dan bisa dilaksanakan bersama-sama dengan penanggung jawab acara bergantian.
g.
Pembiayaan Mujahadah Syahriyah menjadi tanggung jawab
bersama seluruh Pengamal Wahidiyah se-kecamatan dengan pengedaran Lis Khusus / Umum
atau cara-cara lain yang sah, halal, dan tidak mengikat.
h.
Untuk lebih tertibnya PSW Kecamatan supaya membuat jadwal
Mujahadah Syahriyah per tahun dan berkordinasi dengan DPC PSW.
i.
Sebelum hari pelaksanaan Mujahadah Syahriyah supaya
diadakan mujahadah penyongsongan. Dilaksanakan terutama oleh Pengurus PSW
Kecamatan, para imam jama’ah dan umumnya pengamal Wahidiyah sekecamatan, utamanya
jama’ah yang ketempatan. Dan supaya diadakan pula Muajahadah Khusus Nonstop.
Aurad
Mujahadah penyongsongan menggunakan bilangan 7-17 dan aurod mujahadah nonstop
menggunakan Aurod Mujahadah Peningkatan dan bisa ditambah Aurod
Mujahadah Penyiaran
- Kerangka acara dalam Mujahadah Syahriyah antara lain :
1) Pembukaan
2) Pembacaan ayat
suci Al-Qur’an (Tilawatil Qur’an)
3) Muqoddimah
Sholawat Wahidiyah
4)
Prakata panitia
5)
Sambutan-sambutan :
a. Pimpinan DPC PSW
setempat.
b. Kepala desa yang
berketempatan
c. MUSPIKA / Ulama.
6)
Kuliah Wahidiyah dan Mujahadah
7)
Penutup dan nida’
Catatan :
D Melihat situasi dan kondisi bisa ditambah terjemah
Al-Qur’an, deklamasi / puisi Wahidiyah atau bacaan Tahlil.
D Jika situasi memungkinkan Mujahadah dalam “Kuliah
Wahidiyah” terakhir menggunakan bilangan 7-17.
k.. Bagi
Pengamal
Wahidiyah yang udzur / tidak bisa hadir supaya melaksanakan mujahadah di tempat
masing-masing dengan niat makmum.
l. Apabila
karena suatu udzur tidak bisa dilaksanakan secara seremonial maka PSW Kecamatan supaya mengadakan Gerakan Mujahadah
Serempak oleh
seluruh Pengamal Wahidiyah se kecamatan di tempat atau jama’ah masing-masing
pada saat yang ditentukan dengan disertai mujahadah penyongsongan seperti di
atas.
m.
Jika Mujahadah Syahriyah berdekatan dengan Mujahadah Rubu’ussanah yang
bertempat di suatu PSW Kecamatan, maka Mujahadah Syahriyah tersebut
dilaksanakan dengan Mujahadah serempak seperti di atas.
n. Dari beberapa kali pelaksanaan Mujahadah
Syahriyah dalam satu tahun supaya disertai Up-Grade / Diklat / Panataran
Wahidiyah.
a.
Mujahadah Rubu’ussanah adalah Mujahadah Wahidiyah yang dilaksanakan secara berjama’ah setiap 3 bulan
sekali, oleh Pengamal Wahidiyah se-kabupaten / kota..
b.
Penyelenggara dan penanggungjawabnya adalah DPC PSW dan dapat menunjuk / membentuk Panitia
Pelaksana.
- Penyelenggaraan Mujahadah Rubu’ussanah harus diberitaukan secara tertulis kepada MUSPIDA, Depag, DPW PSW setempat dan DPP PSW.
d.
Mujahadah Rubu’ussanah
dilaksanakan dalam bentuk seremonial (Acara Wahidiyah) dengan tema disesuaikan
situasi dan kondisi saat itu.
- Mujahadah Rubu’ussanah diikuti secara bersama-sama oleh Pengamal Wahidiyah se kabupaten / kota. Sayogjanya mengundang pengamal / Penyiar Wahidiyah kabupaten / kota terdekat, simpatisan, pejabat pemerintah, dan tokoh-tokoh agama / masyarakat.
- Badan Pembina Wanita, Pembina Remaja, Pembina Kanak-kanak, dan Pembina Mahasiswa, boleh menyelenggarakan sendiri-sendiri dengan sepengetahuan DPC PSW, dan bisa dilaksanakan bersama-sama dengan penanggung jawab acara bergantian
g.
Pembiayaan Mujahadah Rubu’ussanah menjadi tanggung jawab
bersama seluruh Pengamal Wahidiyah se- kabupaten / kota dengan pengedaran Lis Khusus / Umum atau
cara-cara lain yang sah, halal, dan tidak mengikat.
h.
Untuk lebih tertibnya, DPC PSW supaya membuat jadwal
Mujahadah Rubu’ussanah menyesuikan jadual waktu pelaksanaan Mujahadah yang diterbitkan
oleh DPP PSW.
i.
Sebelum pelaksanaan Mujahadah Rubu’ussanah supaya
diadakan mujahadah penyongsongan sekurang-kurangnya tujuh hari. Dilaksanakan
terutama oleh Pengurus PSW Kabupaten / kota, PSW Kecamatan, PSW Desa, para imam
jama’ah dan umumnya pengamal Wahidiyah se kabupaten / kota. Dan diadakan
Muajahadah Khusus Nonstop sekurang-kurangnya tiga hari sebelum pelaksanaan di
setiap jama’ah dan sehari semalam di sekitar lokasi acara.
Aurad
Mujahadah penyongsongan menggunakan bilangan 7-17 dan aurod mujahadah nonstop
menggunakan Aurod Mujahadah Peningkatan dan Aurod Mujahadah Penyiaran
. Dalam Mujahadah Penyongsongan di atas bisa ditambah bacaan : WAFII HAADZIHII
MUJAAHADATI RUBU’ISSANAH YAA ALLOOH setelah bacaan “ALLOOHUMMA BAARIK…” Bilangannya
minimal 7 kali.
- Kerangka acara
dalam Mujahadah Rubu’ussanah sama dengan acara Mujahadah Syahriyah. Hanya
saja sambutan-sambutannya disesuaikan (Lihat Petunjuk Acara-Acara
Wahidiyah) k.. Bagi Pengamal Wahidiyah yang udzur / tidak bisa hadir supaya melaksanakan mujahadah di tempat masing-masing dengan niat makmum.l. Apabila karena suatu udzur tidak bisa dilaksanakan secara seremonial maka DPC PSW supaya mengadakan Gerakan Mujahadah Serempak oleh seluruh Pengamal Wahidiyah se kabupaten / kota di tempat atau jama’ah masing-masing pada saat yang ditentukan dengan disertai mujahadah penyongsongan seperti di atas.m.Jika Mujahadah Rubu’ussanah berdekatan dengan Mujahadah Nisfussanah yang bertempat di suatu DPC PSW, maka Mujahadah Rubu’ussanah tersebut dilaksanakan dengan Mujahadah serempak seperti di atas.n. Dari beberapa kali pelaksanaan Mujahadah Rubu’ussanah dalam satu tahun supaya disertai Up-Grade / Diklat / Panataran Wahidiyah / sarasehan Pengurus.
5. Mujahadah Rubu’ussanah
i. Bagi Pengamal Wahidiyah di kabupaten / kota tersebut jika terpaksa
(karena udzur) tidak bisa hadir di arena Mujaha-dah Rubu’ussanah supaya melakukan
mujahadah dengan bilangan 7-17 tiga kali khataman di tempat masing-masing
dengan niat makmum.
j. Apabila
karena udzur tidak bisa melaksanakan Mujahadah Rubu’ussanah
dengan seremonial (Acara / Resepsi) Pengurus DPC PSW
yang bersangkutan supaya mengadakan Gerakan Mujahadah Serempak yang dilakukan oleh seluruh
Pengamal Wahidiyah se kabupaten/kota di tempat atau jama’ah masing-masing pada
saat yang ditentukan sebagai pelaksanaan Mujahadah Rubu’ussanahnya,
dengan disertai mujahadah penyongsongan seperti di atas. Dengan demikian tidak
ada alasan bagi DPC PSW untuk tidak melaksanakan Mujahadah Rubu’ussanah.
Bagi DPC PSW yang akan ditempati Mujahadah
Nisfussanah dan waktunya berdekatan dengan pelaksanaan Mujahadah Rubu‘ussanah maka
Rubu’ussanahnya supaya menggunakan cara Gerakan Mujahadah Serempak di
atas. silahkan download disini:
1).LEMBARAN SHOLAWAT WAHIDIYAH ARAB ARTI
KLIK http://sholawat-wahidiyah.com/id/downld/arabnarti.pdf
2).LEMBARAN SHOLAWAT WAHIDIYAH LATIN AJARAN
KLIK http://sholawat-wahidiyah.com/id/downld/latinnajaran.pdf
3).LEMBARAN SHOLAWAT WAHIDIYAH ARAB AJARAN
KLIK http://ebookbrowse.com/arabnajaran-pdf-d281557394